Sampai
saat ini belum ada obat atau diet khusus yang dapat memperbaiki
struktur otak atau jaringan syaraf yang kelihatannya mendasari gangguan
autisme. Seperti diketahui gejala yang timbul pada anak dengan gangguan autisme sangat bervariasi, oleh karena itu terapinya sangat individual tergantung keadaan dan gejala yang timbul, tidak bisa diseragamkan.
Namun akan sulit sekali membuat pedoman diet yang sifatnya sangat
individual. Perlu diperhatikan bahwa anak dengan gangguan autisme
umumnya sangat alergi terhadap beberapa makanan. Pengalaman dan
perhatian orangtua dalam mengatur makanan dan mengamati gejala yang
timbul akibat makanan tertentu sangat bermanfaat dalam terapi
selanjutnya. Terapi diet disesuaikan dengan gejala utama yang timbul pada anak. Berikut beberapa contoh diet anak autisme.
1. Diet tanpa gluten dan tanpa kasein
Berbagai diet sering direkomendasikan untuk anak dengan gangguan autisme.
Pada umumnya, orangtua mulai dengan diet tanpa gluten dan kasein, yang
berarti menghindari makanan dan minuman yang mengandung gluten dan
kasein.
Gluten adalah protein yang
secara alami terdapat dalam keluarga “rumput” seperti gandung/terigu,
havermuth/oat, dan barley. Gluten memberi kekuatan dan kekenyalan pada
tepung terigu dan tepung bahan sejenis,
sedangkan kasein adalah protein susu. Pada orang sehat, mengonsumsi
gluten dan kasein tidak akan menyebabkan masalah yang serius/memicu
timbulnya gejala. Pada umumnya, diet ini tidak sulit dilaksanakan karena
makanan pokok orang Indonesia adalah nasi yang tidak mengandung gluten.
Beberapa contoh resep masakan yang terdapat pada situs Autis.info
ini diutamakan pada menu diet tanpa gluten dan tanpa kasein. Bila anak
ternyata ada gangguan lain, maka tinggal menyesuaikan resep masakan
tersebut dengan mengganti bahan makanan yang dianjurkan.
Perbaikan/penurunan gejala autisme
dengan diet khusus biasanya dapat dilihat dalam waktu antara 1-3
minggu. Apabila setelah beberapa bulan menjalankan diet tersebut tidak
ada kemajuan, berarti diet tersebut tidak cocok dan anak dapat diberi
makanan seperti sebelumnya.
Makanan yang dihindari adalah :
- Makanan yang mengandung gluten, yaitu semua makanan dan minuman yang dibuat dari terigu, havermuth, dan oat misalnya roti, mie, kue-kue, cake, biscuit, kue kering, pizza, macaroni, spageti, tepung bumbu, dan sebagainya.
- Produk-produk lain seperti soda kue, baking soda, kaldu instant, saus tomat dan saus lainnya, serta lada bubuk, mungkin juga menggunakan tepung terigu sebagai bahan campuran. Jadi, perlu hati-hati pemakaiannya. Cermati/baca label pada kemasannya.
- Makanan sumber kasein, yaitu susu dan hasil olahnya misalnya, es krim, keju, mentega, yogurt, dan makanan yang menggunakan campuran susu.
- Daging, ikan, atau ayam yang diawetkan dan diolah seperti sosis, kornet, nugget, hotdog, sarden, daging asap, ikan asap, dan sebagainya. Tempe juga tidak dianjurkan terutama bagi anak yang alergi terhadap jamur karena pembuatan tempe menggunakan fermentasi ragi.
- Buah dan sayur yang diawetkan seperti buah dan sayur dalam kaleng.
Makanan yang dianjurkan adalah :
- Makanan sumber karbohidrat dipilih yang tidak mengandung gluten, misalnya beras, singkong, ubi, talas, jagung, tepung beras, tapioca, ararut, maizena, bihun, soun, dan sebagainya.
- Makanan sumber protein dipilih yang tidak mengandung kasein, misalnya susu kedelai, daging, dan ikan segar (tidak diawetkan), unggas, telur, udang, kerang, cumi, tahu, kacang hijau, kacang merah, kacang tolo, kacang mede, kacang kapri dan kacang-kacangan lainnya.
- Sayuran segar seperti bayam, brokoli, labu siam, labu kuning, kangkung, tomat, wortel, timun, dan sebagainya.
- Buah-buahan segar seperti anggur, apel, papaya, mangga, pisang, jambu, jeruk, semangka, dan sebagainya.
2. Diet anti-yeast/ragi/jamur
Diet
ini diberikan kepada anak dengan gangguan infeksi jamur/yeast. Seperti
telah dijelaskan sebelumnya bahwa pertumbuhan jamur erat kaitannya
dengan gula, maka makanan yang diberikan tanpa menggunakan gula, yeast,
dan jamur.
Makanan yang perlu dihindari adalah :
- Roti, pastry, biscuit, kue-kue dan makanan sejenis roti, yang menggunakan gula dan yeast.
- Semua jenis keju.
- Daging, ikan atau ayam olahan seperti daging asap, sosis, hotdog, kornet, dan lain-lain.
- Macam-macam saus (saus tomat, saus cabai), bumbu/rempah, mustard, monosodium glutamate, macam-macam kecap, macam-macam acar (timun, bawang, zaitun) atau makanan yang menggunakan cuka, mayonnaise, atau salad dressing.
- Semua jenis jamur segar maupun kering misalnya jamur kuping, jamur merang, dan lain-lain.
- Buah yang dikeringkan misalnya kismis, aprokot, kurma, pisang, prune, dan lain-lain.
- Fruit juice/sari buah yang diawetkan, minuman beralkohol, dan semua minuman yang manis.
- Sisa makanan juga tidak boleh diberikan karena jamur dapat tumbuh dengan cepat pada sisa makanan tersebut, kecuali disimpan dalam lemari es.
Makanan
tersebut dianjurkan untuk dihindari 1-2 minggu. Setelah itu, untuk
mencobanya biasanya diberikan satu per satu. Bila tidak menimbulkan
gejala, berarti dapat dikonsumsi.
Makanan yang dianjurkan adalah :
- Makanan sumber karbohidrat: beras, tepung beras, kentang, ubi, singkong, jagung, dan tales. Roti atau biscuit dapat diberikan bila dibuat dari tepaung yang bukan tepung terigu.
- Makanan sumber protein seperti daging, ikan, ayam, udang dan hasil laut lain yang segar.
- Makanan sumber protein nabati seperti kacang-kacangan (almod, mete, kacang kedelai, kacang hijau, kacang polong, dan lainnya). Namun, kacang tanah tidak dianjurkan karena sering berjamur.
- Semua sayuran segar terutama yang rendah karbohidrat seperti brokoli, kol, kembang kol, bit, wortel, timun, labu siam, bayam, terong, sawi, tomat, buncis, kacang panjang, kangkung, tomat, dan lain-lain.
- Buah-buahan segar dalam jumlah terbatas.
3. Diet untuk alergi dan inteloransi makanan
Anak autis umumnya
menderita alergi berat. Makanan yang sering menimbulkan alergi adalah
ikan, udang, telur, susu, cokelat, gandum/terigu, dan bias lebih banyak
lagi. Cara mengatur makanan untuk anak alergi dan intoleransi makanan,
pertama-tama perlu diperhatikan sumber penyebabnya. Makanan yang diduga
menyebabkan gejala alergi/intoleransi harus dihindarkan. Misalnya,
jika anak alergi terhadap telur, maka semua makanan yang menggunakan
telur harus dihindarkan. Makanan tersebut tidak harus dipantang seumur
hidup. Dengan bertambahnya umur anak, makanan tersebut dapat
diperkenalkan satu per satu, sedikit demi sedikit.
Cara mengatur makanan secara umum
- Berikan makanan seimbang untuk menjamin agar tubuh memperoleh semua zat gizi yang dibutuhkan untuk keperluan pertumbuhan, perbaikan sel-sel yang rusak dan kegiatan sehari-hari.
- Gula sebaiknya dihindari, khususnya bagi yang hiperaktif dan ada infeksi jamur. Fruktosa dapat digunakan sebagai pengganti gula karena penyerapan fruktosa lebih lambat disbanding gula/sukrosa.
- Minyak untuk memasak sebaiknya menggunakan minyak sayur, minyak jagung, minyak biji bunga matahari, minyak kacang tanah, minyak kedelai, atau minyak olive. Bila perlu menambah konsumsi lemak, makanan dapat digoreng.
- Cukup mengonsumsi serat, khususnya serat yang berasal dari sayuran dan buah-buahan segar. Konsumsi sayur dan buah 3-5 porsi per hari.
- Pilih makanan yang tidak menggunakan food additive (zat penambah rasa, zat pewarna, zat pengawet).
- Bila keseimbangan zat gizi tidak dapat dipenuhi, pertimbangkan pemberian suplemen vitamin dan mineral (vitamin B6, vitmin C, seng, dan magnesium).
- Membaca label makanan untuk mengetahui komposisi makanan secara lengkap dan tanggal kadaluwarsanya.
- Berikan makanan yang cukup bervariasi. Bila makanan monoton, maka anak akan bosan.
- Hindari junk food seperti yang saat ini banyak dijual, ganti dengan buah dan sayuran segar.
Sumber : Terapi Makanan Anak Dengan Gangguan Autisme
Penulis : Tuti Soenardi, Susirah Soetardjo
Penerbit : PT. Penerbitan Sarana Bobo
Penulis : Tuti Soenardi, Susirah Soetardjo
Penerbit : PT. Penerbitan Sarana Bobo
|
---|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar